Sinar matahari
mengintip di balik awan mendung menerobos hingga ke jendela kamar, membuat
sekeliling kamar menjadi sedikit terang dan menjadi silau bagi mataku walaupun
masih dalam terpejam. Aku merasakan ada seseorang telah masuk ke dalam kamarku.
Mataku sedikit terbuka dan menoleh ke kiri, samar-samar ku melihat dia adalah
Abe yaitu kakak laki-lakiku sendiri yang lagi sedang berjalan menuju ke jendela
dan melihat keluar dari jendela. Entah apa yang dilihatnya, apakah banjir yang
airnya sudah mencapai setinggi mana, setengah meter atau berapa meterkah? Atau
memperhatikan hal lain di luar sana. Karena tadi malam hujan menguyur kota
kecil ini dengan kepadatan orang-orang terus bertambah menumpuk tinggal di kota
dan lagi berdiri di sebuah pulau kecil pula melawan laut ataupun ombak samudra
yang terbentang luas, tak bisa di perkirakan berapa luasnya laut itu.
Tiba-tiba saja
aku merasakan seseorang duduk di samping spring bedku, benar-benar badan orang yang
lagi menghempaskan tubuhnya disisi tempatku berbaring atau sepertinya bokong
orang tersebut menindihkan per-per yang ada didalam spring bed menjadi turun ke
bawah. Dan aku pun menoleh ke samping kiri dengan mata terbuka. “ Tak ada
orang,” dalam hatiku. Ternyata Abe sudah keluar dari kamar. Kumembalikkan badan
seperti semula dan kembali untuk tidur lagi.
Kedua kalinya
lagi ku merasakan seseorang tidur di samping ku dengan sebuah guling yang besar
dipelukkannya. Dia sedang berbaring di sebelahku. Aku menbalikkan badan tapi
Tidak Bisa. Mencoba balik lagi, tetap juga tidak bisa.
“Ada apa ini? Kenapa badanku terasa keras, tak
bisa membalikkan badan, maupun menoleh ke samping, bagaikan dikurung atau
dibungkus seperti badan aku lagi ditahan tanpa seorangpun memegangku?” pikirku.
Aku berusaha berontak
atau melawan untuk menoleh tapi masih tetap tidak bisa. Heran. Aku diam
sejenak.
Kenapa badanku keras? Kaku, tidak bisa
menggerakkan badan sedikitpun. Aku kok
merasa ada seorang sosok yang tidak beres alias aneh sedang bersama denganku.
Apakah aku harus
menyerah?
Tidak.
Ya, tentu saja TIDAK.
Aku tidak boleh
patuh dan terdiam hanya karena merasakan sosok aneh itu atau bisa saja disebut
iblis. Whatever.
Apakah aku
kerasukan?
Aku teringat
pada kakak lelakiku.” Brother, tolong
aku ….!!!” teriak dalam batinku. Aku terus berusaha untuk membuka mata. Aku
harus keluar dari sini. Mengapa aku mengalami hal seperti ini? Aku harus ingat
pada Tuhan. Aku tidak mau terpuruk, tak mau merasakan kejadian yang seperti begini.
Aku tak ingin mengikuti arus “mereka”.
Lalu ada suara datang
dari hati menyatakan, “Coba bangun. Dan buka matamu pelan-pelan.” Aku mencoba
untuk membuka mata. Pelan-pelan terbuka. Aku melihat buku, dan barang-barang
lainnya yang memang sudah lama berada di dalam kamar tidur masih berada tepat dihadapanku.
“Ah… syukurlah! Aku telah kembali seperti semula.”
Sungguh
menegangkan!
No comments:
Post a Comment