Tuesday 13 August 2013

Dongeng Terjemahan

Pangeran Katak 
Oleh Jacob & Wilhelm Grimm
Seorang Puteri memakai topi dan bakiak, berjalan ke hutan sendirian. Begitu ia tiba di kolam, terdapat bunga mawar di dalam air. Dan ia istirahat sebentar. Di tangannya memegang bola emas, mainan kesukaannya. Ia sering melempar ke atas udara dan menangkapnya saat jatuh.
Namun kali ini ia tak dapat menangkap. Bola itu jatuh bergelinding di tanah akhirnya masuk ke dalam kolam. Sang puteri tak bisa melihat ke dasar kolam, sangat dalam. Ia pun meratapi kehilangan bolanya dan berkata, ”Aduh! Jika aku bisa ambil bolaku kembali, akan kutukar baju, perhiasan dan semua yang kumiliki.”
Lalu seekor katak muncul dan berkata, “Puteri, mengapa engkau menangis tersedu-sedu?”
“Astaga!” Sang Puteri terkejut dan membalas, “Apa yang bisa kamu lakukan, katak jelek? Bolaku jatuh ke dalam kolam.” Si katak berujar, “Aku tidak mau mutiaramu, perhiasanmu, dan gaun cantikmu. Kalau kamu mau mencintaiku, dan biarkan aku tinggal denganmu, makan bersamamu dan tidur di tempat tidurmu. Aku akan segera dapatkan kembali bolamu.”
“Omong kosong,” gerutu Sang Putri, “dasar si katak! Memang dia pikir dia bisa menemuiku. Walau tak masuk akal, kucoba saja.”
Ia berkata pada si katak, “Baiklah, jika kamu dapat bolaku, aku akan kabulkan permintaanmu.” Si katak melompat dan menyelam sampai dasar kolam.
Tak lama kemudian, ia muncul lagi dengan bola di dalam mulutnya, dan melempar ke tepi kolam. Langsung sang Puteri bergegas mengambilnya. Karena kegirangan, ia jadi lupa pada si katak. Bahkan berlari ke rumah secepatnya. Si katak berteriak, “Tunggu, Puteri! Bawa aku bersamamu, janjimu kepadaku bagaimana?” Tapi sang Puteri tak acuh pada si katak.
Esoknya, sang Puteri sedang menyantap makan malam. Ia mendengar suara aneh, krok... krok... tap... tap... Seperti sesuatu yang sedang naik ke tangga marmar. Lalu terdengar suara ketukan pintu dan teriakan:

Buka pintu, Puteriku
Buka pintu untuk kekasih sejatimu
Ingat janji antara kau dan aku
Di bawah naungan pepohonan

Sang Puteri berlari ke depan dan membuka pintu, ternyata seekor katak tempo hari. Ia terkejut dan menutup pintu, kembali bergegas ke ruang makan. Sang Raja, ayahnya, menengok putrinya nampak ketakutan, dan bertanya padanya apa yang terjadi. “Seekor katak,” jawabnya, “di pintu utama, yang mengambil bolaku di kolam kemarin. Aku bilang padanya bahwa dia boleh tinggal denganku di sini. Aku pikir ia tak bisa keluar. Sekarang ia mau masuk.”

Si katak mengetuk lagi, dan berkata:

Buka pintu, Puteriku
Buka pintu untuk kekasih sejatimu
Ingat janji antara kau dan aku
Di bawah naungan pepohonan

Lalu sang Raja berkata pada putrinya, “Bila kamu berjanji, kamu harus tepati. Pergilah dan biarkan dia masuk.” Sang Puteri menuruti perintah ayahnya dan si katak meloncat masuk ke ruangan. Dan terus melompat. Si katak mendekati sang Puteri dimana ia duduk. “Angkat aku ke kursi,” ujar si katak pada sang Puteri, “dan aku duduk dekat di sampingmu.” Sesudah itu, si katak berseru, “Taruh piringmu dekat denganku supaya aku bisa makan.” Sang Puteri menurut.
Si katak telah kenyang, serunya lagi, “Sekarang aku lelah, bawalah aku ke tempat tidurmu.” Maka sang Puteri dengan berat hati, mengangkat ke tangannya dan menaruhnya ke atas bantal, dimana ia akan tidur semalaman. Paginya, ia melompat turun ke bawah dan keluar dari rumah itu. “Akhirnya,” pikir sang Puteri, “dia pergi, dan aku tidak ada masalah lagi dengannya.”

Tetapi ia keliru, saat malam tiba ia mendengar suara ketukan pintu seperti kemarin. Si katak datang lagi, berkata:

Buka pintu, Puteriku
Buka pintu untuk kekasih sejatimu
Ingat janji antara kau dan aku
Di bawah naungan pepohonan

Sang Puteri membuka pintu untuk si katak masuk dan tidur di bantalnya sampai pagi. Di malam ketiga ia lakukan hal yang sama. Ketika sang Puteri bangun pagi, ia kaget bukan si katak yang ia lihat. Tapi seorang Pangeran tampan memandangnya, dengan mata paling indah yang belum pernah ia temui. Berdiri di sebelah tempat tidurnya.

Pangeran mengatakan padanya bahwa ia terkena kutukan oleh penyihir yang mengubahnya jadi katak.
Untuk mematahkan mantra, ia harus menemukan seorang Puteri yang sanggup beri dia makan, tidur di tempat tidurnya selama tiga malam.
“Kau,” ujar Pangeran, “sudah patahkan sihirnya. Aku tidak punya permintaan lagi tetapi kamu harus ikut denganku ke kerajaan ayahku. Menikahi dirimu dan hidup bersama denganmu.”

Puteri itu langsung menjawab, “Ya”. Lalu mereka menghampiri kereta dengan delapan kuda. Di belakang kereta ada Heinrich, pelayan setia Pangeran, meratapi  kemalangan yang menimpa sang Pangeran. Membuat jantungnya hampir meledak.


Setelah meninggalkan kediaman Raja, mereka masuk ke kereta didampingi delapan ekor kuda lalu berangkat. Penuh tawa dan suka cita. Dengan selamat, mereka tiba di kerajaan Pangeran. Hidup bahagia selamanya.






2 comments: