Pangeran Katak
Oleh Jacob & Wilhelm Grimm
Seorang
Puteri memakai topi dan bakiak, berjalan ke hutan sendirian. Begitu ia tiba di kolam,
terdapat bunga mawar di dalam air. Dan ia istirahat sebentar. Di tangannya memegang
bola emas, mainan kesukaannya. Ia sering melempar ke atas udara dan menangkapnya
saat jatuh.
Namun kali ini ia tak dapat
menangkap. Bola itu jatuh bergelinding di tanah akhirnya masuk ke dalam kolam. Sang
puteri tak bisa melihat ke dasar kolam, sangat dalam. Ia pun meratapi
kehilangan bolanya dan berkata, ”Aduh! Jika aku bisa ambil bolaku kembali, akan
kutukar baju, perhiasan dan semua yang kumiliki.”
Lalu seekor katak muncul dan
berkata, “Puteri, mengapa engkau menangis tersedu-sedu?”
“Astaga!” Sang Puteri
terkejut dan membalas, “Apa yang bisa kamu lakukan, katak jelek? Bolaku jatuh
ke dalam kolam.” Si katak berujar, “Aku tidak mau mutiaramu, perhiasanmu, dan gaun
cantikmu. Kalau kamu mau mencintaiku, dan biarkan aku tinggal denganmu, makan
bersamamu dan tidur di tempat tidurmu. Aku akan segera dapatkan kembali bolamu.”
“Omong
kosong,” gerutu Sang Putri, “dasar si katak! Memang dia pikir dia bisa
menemuiku. Walau tak masuk akal, kucoba saja.”
Ia
berkata pada si katak, “Baiklah, jika kamu dapat bolaku, aku akan kabulkan
permintaanmu.” Si katak melompat dan menyelam sampai dasar kolam.
Tak
lama kemudian, ia muncul lagi dengan bola di dalam mulutnya, dan melempar ke
tepi kolam. Langsung sang Puteri bergegas mengambilnya. Karena kegirangan, ia
jadi lupa pada si katak. Bahkan berlari ke rumah secepatnya. Si katak berteriak,
“Tunggu, Puteri! Bawa aku bersamamu, janjimu kepadaku bagaimana?” Tapi sang Puteri
tak acuh pada si katak.
Esoknya, sang Puteri sedang menyantap
makan malam. Ia mendengar suara aneh, krok... krok... tap... tap... Seperti sesuatu
yang sedang naik ke tangga marmar. Lalu terdengar suara ketukan pintu dan
teriakan:
Buka pintu, Puteriku
Buka pintu untuk kekasih sejatimu
Ingat janji antara kau dan aku
Di bawah naungan pepohonan
Sang Puteri berlari ke depan
dan membuka pintu, ternyata seekor katak tempo hari. Ia terkejut dan menutup
pintu, kembali bergegas ke ruang makan. Sang Raja, ayahnya, menengok putrinya
nampak ketakutan, dan bertanya padanya apa yang terjadi. “Seekor katak,” jawabnya,
“di pintu utama, yang mengambil bolaku di kolam kemarin. Aku bilang padanya
bahwa dia boleh tinggal denganku di sini. Aku pikir ia tak bisa keluar. Sekarang
ia mau masuk.”
Si
katak mengetuk lagi, dan berkata:
Buka pintu, Puteriku
Buka pintu untuk kekasih sejatimu
Ingat janji antara kau dan aku
Di bawah naungan pepohonan
Lalu sang Raja berkata pada
putrinya, “Bila kamu berjanji, kamu harus tepati. Pergilah dan biarkan dia
masuk.” Sang Puteri menuruti perintah ayahnya dan si katak meloncat masuk ke
ruangan. Dan terus melompat. Si katak mendekati sang Puteri dimana ia duduk.
“Angkat aku ke kursi,” ujar si katak pada sang Puteri, “dan aku duduk dekat di
sampingmu.” Sesudah itu, si katak berseru, “Taruh piringmu dekat denganku
supaya aku bisa makan.” Sang Puteri menurut.
Si katak telah kenyang, serunya
lagi, “Sekarang aku lelah, bawalah aku ke tempat tidurmu.” Maka sang Puteri
dengan berat hati, mengangkat ke tangannya dan menaruhnya ke atas bantal,
dimana ia akan tidur semalaman. Paginya, ia melompat turun ke bawah dan keluar
dari rumah itu. “Akhirnya,” pikir sang Puteri, “dia pergi, dan aku tidak ada
masalah lagi dengannya.”
Tetapi ia keliru, saat malam
tiba ia mendengar suara ketukan pintu seperti kemarin. Si katak datang lagi,
berkata:
Buka pintu, Puteriku
Buka pintu untuk kekasih sejatimu
Ingat janji antara kau dan aku
Di bawah naungan pepohonan
Sang Puteri membuka pintu
untuk si katak masuk dan tidur di bantalnya sampai pagi. Di malam ketiga ia
lakukan hal yang sama. Ketika sang Puteri bangun pagi, ia kaget bukan si katak
yang ia lihat. Tapi seorang Pangeran tampan memandangnya, dengan mata paling
indah yang belum pernah ia temui. Berdiri di sebelah tempat tidurnya.
Pangeran mengatakan padanya
bahwa ia terkena kutukan oleh penyihir yang mengubahnya jadi katak.
Untuk mematahkan mantra, ia
harus menemukan seorang Puteri yang sanggup beri dia makan, tidur di tempat
tidurnya selama tiga malam.
“Kau,” ujar Pangeran, “sudah
patahkan sihirnya. Aku tidak punya permintaan lagi tetapi kamu harus ikut
denganku ke kerajaan ayahku. Menikahi dirimu dan hidup bersama denganmu.”
Puteri itu langsung menjawab,
“Ya”. Lalu mereka menghampiri kereta dengan delapan kuda. Di belakang kereta ada
Heinrich, pelayan setia Pangeran, meratapi kemalangan yang menimpa sang Pangeran. Membuat
jantungnya hampir meledak.
Setelah meninggalkan
kediaman Raja, mereka masuk ke kereta didampingi delapan ekor kuda lalu
berangkat. Penuh tawa dan suka cita. Dengan selamat, mereka tiba di kerajaan
Pangeran. Hidup bahagia selamanya.
Wow, dongeng. Favorit saya pula, Brothers Grimm.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir.
ReplyDelete