Monday 23 March 2015

Find Me

Glady Sparkling duduk memeluk lututnya di anak-anak tangga di tepi kolam air mancur. Jelang malam tahun baru, ia menangis tersedu-sedu. Teman-temannya entah kemana. Padahal tadi ia bersama-sama dengan rombongan teman-temannya. Sebelum ia menyadari ketidakhadiran temannya ia noleh ke kiri kanan tahu-tahu di antara kerumunan orang ia tak melihat seorang teman di sampingnya.
Hanya…
Seorang lelaki muda memakai fedora hat warna hitam. Rambutnya yang pirang menyembul di balik topi. Ia jangkung. Iris matanya coklat.
Mendekati gadis muda itu yang kenakan sepatu boots selutut warna hitam, short pants. Lehernya dililit fringe scarf.
“Hi, girl! Why do you cry?”
Glady Sparkling tak menyahut.
“May I sitting here with you? Hi! I’m Philips.”
“Glady.” jawabnya memelas, seenggukan. Pipinya basah oleh air mata.
“I’m lost. I’m not found my friends.”
***
Menunggu detik terakhir tahun 2013. Dua anak muda itu ngobrol sambil berfoto selfie bareng.
Tak lama berselang, teman Glady menemukan Glady. Lalu Glady mengeluarkan sesuatu di tasnya. Di dalam dompetnya ia menarik sebuah foto bersama temannya. Mereka bertiga. Glady berada di tengah.
Ia menulis sesuatu di belakang foto, “Find Me.”
***
Media massa melacak keberadaan Glady Sparkling semenjak Philips meng-update status di dinding Facebook-nya. “I am falling in love with this girl where I met her in somewhere.”
Entah bagaimana berita itu tersiar melebar ke seluruh penjuru.
Philips boleh-boleh saja mengetahui keberadaan gadis itu dari para wartawan. Dan apabila mau Philips dapat mengandalkan ketenarannya di social media, internet untuk mencari gadis itu.
But, ia tak menginginkan info itu.
Philips berprinsip bahwa ia sendiri akan mencari gadis itu. Atau menemui sendiri dengan tangannya sendiri.
*



No comments:

Post a Comment