Sunday 5 April 2015

Romeo dan Juliet

                                                                        Oleh 
                                                           William Shakespeare

Ada dua keluarga besar tinggal di Verona, Montagu dan Capulet. Mereka kaya dan bijaksana dalam ambil keputusan seperti orang kaya lainnya. Tapi di satu sisi dimana mereka sangat konyol. Dua keluarga ini terjalin perselisihan semenjak lama. Malah tingkah laku mereka sudah dianggap biasa dan pertengkaran mereka takkan pernah usai. Orang Montagu tidak menyapa dengan orang Capulet dan sebaliknya. Kalaupun terjadi percakapan di jalanan, pasti yang keluar adalah umpatan kasar. Perkara yang tidak dikehendaki bakalan terjadi dan selalu berakhir perkelahian. Sanak saudara maupun para pelayan juga begitu. Bertingkah bodoh, berkelahi di jalanan, saling menyerang, dan lainnya hingga menambah parah perselisihan dua keluarga ini.

Lord Capulet, pemimpin keluarga, mengadakan pesta-makan malam besar dan tarian-dan ia senang hati menjamu semua orang. Sesiapapun dijamu, kecuali (tentu saja) orang dari Montagu.

Namun ada seorang pemuda dari Montagu bernama Romeo, ingin sekali berada di sana. Karena wanita yang ia incar, Rosaline. Wanita ini belum mengenal betul tentang Romeo. Tapi bagi Romeo tak ada salahnya menyukai gadis itu. Sebetulnya, dia ingin benar-benar jatuh cinta pada seseorang. Sayang, belum seorang pun yang menyangkut di hati Romeo. Ia harus menemukan sosok yang tepat. Maka ia, putuskan tetap pergi ke pesta itu bersama temannya, Mercutio dan Benvolio.

Orang Capulet menyambut Romeo dan temannya dengan ramah sekali. Romeo berkeliling di kalangan orang yang sopan santun, berpakaian dari bahan kain satin dan beludru. Para pria dengan batu permata di pangkal pedangnya sedang para wanita dengan gemerlapan mutiara di kalung dan gelang.
Romeo juga tampil menarik meski topeng hitam tutupi wajah bagian atasnya. Semua orang hanya melihat mulut dan rambutnya. Apa yang dia perbuat terhadap dirinya, dia dua belas kali lipat lebih tampan dari siapapun di ruangan itu.

Di tengah tarian, Romeo melihat seorang wanita teramat cantik. Dia tak lagi memikirkan Rosaline, yang dia sangka mencintainya. Pusatnya hanya seorang wanita cantik yang menari dengan gaun satin putih dipadu mutiara. Tiada satupun di dunia yang mampu kalahkan keanggunan gadis itu. Saat dia bicara pada dirinya sendiri, memuji gadis itu. Seketika itu pula ada Tybalt, keponakan Lady Capulet mengenal suara itu, dia adalah Romeo. Emosi Tybalt membara. Segera ia mendatangi pamannya dan mengatakan bagaimana seorang Montagu bisa kemari padahal tak diundang. Lord Capulet berusaha tenang untuk menjaga sikap di depan para tamu. Dia meminta Tybalt tutup mulut. Tetapi pemuda itu siap berancang-ancang melawan Romeo.

Pada masa itu Romeo berusaha mencari peluang berhadapan dengan gadis itu. Mengutarakan perasaannya bahwa dia jatuh cinta pada gadis itu lalu mengecupnya. Ibu gadis itu mendatanginya dan Romeo jadi tahu kalau dia adalah anak dari Lord Capulet, musuh bebuyutnya. Maka Romeo meninggalkan pesta itu, hatinya tersayat-tersayat perih. Haruskah ia membuang rasa cintanya.

Juliet bertanya kepada pelayannya, “Siapakah lelaki yang tak ikut menari tadi?”

“Namanya Romeo, dari Montagu, anak tunggal dari musuh besar keluargamu,” jawab pelayan itu.

Lalu Juliet ke kamarnya, memandang ke luar jendela. Taman keabu-abuan, poho?yang begitu indah disinari rembulan. Romeo berlindung dalam pohon rimbun di taman, karena dia gelisah. Takut tak berjumpa Juliet lagi.
Juliet-tanpa sadari Romeo berada di taman-di tengah heningnya taman, berkata kalau dirinya mencintai Romeo.

Begitu dengar, hati Romeo gembira sekali. Dia memandang ke atas di balik kegelapan. Cahaya rembulan menempa ke rambut Juliet, dibingkai tumbuhan yang menjalar di jendela. Seperti yang Romeo dengar dan lihat, dia merasa di alam impian, dibuai oleh taman yang indah nan memikat.

“Agh... Kenapa nama kamu mesti Romeo?” ujar Juliet. “Aku jatuh cinta kepadamu. Apakah yang salah denganmu?”

“Panggil saja aku, kekasihmu. Aku akan baptis nama baru. Aku bukan Romeo lagi selanjutnya,” pekiknya, perlahan-lahan keluar dari bayang-bayang pohon cemara dan Oleander. Kemudian berhenti di bawah cahaya terang bulan.

Juliet terkesiap bercampur rasa senang. Romeo berada di dekat taman. Juliet bersandar di jendela. Mereka silih berganti mencurahkan perasaan mereka. Dalam untaian kata-kata paling indah di dunia. Yang menghibur hati pasangan kekasih. Dan melantunkan senandung lagu.
Waktu berjalan begitu cepat, bagi dua insan yang dimabuk cinta. Hingga larut malam, mereka sulit untuk saling melepas.

“Aku akan menghubungimu lagi besok,” ujar Juliet.

Mereka menatap lama kemudian mengucap-goodbye.

Juliet menarik tirai jendela, menuju ke tempat tidurnya. Di tengah sejuknya taman nan hening, Romeo seakan berjalan dalam awang-awang mimpi.

Besok paginya, Romeo kunjungi Pastor Laurance dan menceritakan kegundahan hatinya. Ia memohon kepadanya segera menikahkan dia dengan Juliet. Setelah tukar pikiran dan berpikir matang, Pastor Laurence mengabulkan.

Juliet mengutus pelayan setianya ke Romeo. Ia ingin tahu apa rencana Romeo berikutnya. Wanita tua itu membawa pesan dari Romeo bahwa semua telah disiapkan untuk pernikahan mereka besok.

Sepasang kekasih itu takut minta restu pada orang tua mereka. Yang semestinya dilakukan oleh pasangan muda yang mau menikah. Tapi takdir berkata lain, terbelenggu dengan perselisihan keluarga mereka.

Pastor Laurence akan bantu mereka diam-diam. Ia pikir hanya dengan pernikahan, mungkin bisa mengakhiri perselisihan keluarga.

Hari berikut, masih subuh Romeo dan Juliet menikah di depan Pastor Laurence. Diselimuti tangis dan rasa bahagia. Janji Romeo, akan datang ke taman malam ini. Pelayan Juliet telah sediakan tali ke bawah jendela. Supaya memudahkan Romeo memanjat dan bersitatap dengan istri tercintanya. Tanpa sepegetahuan orang lain.

Tetapi hari yang menyeramkan terjadi.

Tybalt, anak muda yang jengkel sama Romeo di saat acara pesta. Ia bertemu Romeo bersama kedua temannya di jalanan. Menyebut Romeo, bajingan. Dan menantangnya berkelahi. Tapi Romeo tidak berniat berkelahi dengan sepupu Juliet. Namun Mercutio menarik pedangnya dan bertarung dengan Tybalt. Mercutio terbunuh. Ketika teman Romeo meninggal, dia jadi gelalapan. Maka dia melawan Tybalt sampai Tybalt terjatuh tewas.

Di hari pernikahannya, Romeo membunuh sepupu Juliet. Hukuman sedang menanti pada dirinya. Romeo panjat tali sampai ke jendela Juliet. Suasana pertemuan mereka menyedihkan, tanggisan dan menyakitkan hati. Entah kapan mereka bisa bersatu lagi.

Ayah Juliet, tak tahu kalau Juliet sudah menikah. Harapan dia adalah menikahkan anaknya dengan seorang pria bernama Paris. Jika Juliet menolak, ayahnya akan marah. Langsung ia pergi kepada Pastor Laurence, meminta pendapat apa yang harus dia perbuat. Pastor Laurence nasehati Juliet agar pura-pura setuju, dan menambahkan, “Aku akan beri kamu seteguk ramuan. Membuatmu tak sadar diri cukup dua hari. Mereka membawamu ke gereja lalu menguburkanmu. Kamu tidak jadi menikah. Mereka menganggap kamu meninggal. Sebelum kamu sadar, Romeo dan aku akan menjagamu. Maukah kamu lakukan ini, atau kamu takut?”
“Akan kulakukan. Jangan bilang aku takut!” seru Juliet. Dia kembali ke rumahnya dan mengatakan dia akan menikah Paris. Apabila dia mengatakan yang sebenarnya... Pasti beda cerita yang akan terjadi.

Lord Capulet sangat senang keinginannya tercapai, buat pesta pernikahan dan mengundang temannya. Sepanjang malam semua orang sibuk, banyak hal perlu dilakukan, dan waktu yang sempit. Lord Capulet cemas pada Juliet karena dia perhatikan anaknya tak gembira. Tentu saja dia resah terhadap suaminya. Namun sang ayah sangka dia berduka cita pada kematian sepupunya. Dia pikir pernikahan bisa mengalihkan kesedihannya.

Fajar menyingsing. Pelayan memanggil Juliet untuk mengenakan gaun pengantin. Tapi dia tidak bangun, tiba-tiba saja pelayan itu berteriak, “Tolong! Tolong! Lady Juliet meninggal!”

Lady Capulet bergegas ke kamar Juliet. Menyusul Lord Capulet, dan Lord Paris, sang pengantin pria. Juliet berbaring pucat, dingin, tiada kehidupan lagi dan tanggisan mereka memanggil Juliet untuk kembali. Mengubur Juliet di saat hari pernikahan. Pastor Laurence mengirim pesan dengan surat untuk Romeo melalui Mantua, bahwa semua akan berjalan lancar. Namun pesan itu tak sampai.

Berita buruk pun sampai ke telinga pembantu Romeo yang tahu rahasia pernikahan mereka. Bukan mengenai isu pura-pura kematian Juliet ? Dan secepatnya datangi Mantua bagaimana istrinya meninggal.

“Benar begitu?” tanggis Romeo, hatinya terluka. “Aku akan susul Juliet malam ini.”

Kembali ke Verona, Romeo bawa racun. Dia segera ke pusara Juliet. Bukan makam melainkan kubah. Romeo dobrak pintunya, susuri jalan bebatuan yang menuntun dia dimana orang Capulet dikubur. Dia mendengar seseorang menyuruhnya berhenti.

Adalah Count Paris, yang akan menikahi Juliet.

“Berani sekali kamu ke sini, ganggu mayat Capulet, Montagu keji?” teriak Paris.

Romeo menahan amarah dan menderita.

“Kau tahu,” kata Paris, “jika kau kembali ke Verona, kau harus mati.”
“Memang,” ujar Romeo. “Aku datang? Tinggalkan aku. Pergi! Sebelum aku mencelakakan kamu. Kamu lebih baik dibanding diriku, pergilah. Menjauh dariku.”

Paris berkata, “Aku menantangmu, kumasukkan kamu sebagai tahanan.” Dalam keputusasaannya, Romeo menarik pedangnya. Mereka saling beradu.

Ketika pedang Romeo menusuk Paris, dia teriak, “Oh, aku terbunuh! Jika kamu murah hati, baringkan aku di sisi Juliet!”

“Akan kulakukan,” ujar Romeo.

Dia membopong mayat Paris ke dalam peti dan di samping Juliet. Berlutut dekat Juliet, ke lengannya, mencium bibir kaku itu. Yakin kalau Juliet meninggal.

Hingga disaat dia mulai sadarkan diri. Romeo meminum racun, mati di sisi istri tercintanya.

Biarawan Laurence tiba saat segalanya telah berakhir. Juliet terbangun dari tidurnya. Suami dan temannya terlantang tak bernyawa di sampingnya.

Keributan akibat perkelahian itu membawa semua orang pergi ke tempat tersebut. Biarawan Laurence mendengar kabar. Hanya Juliet yang hidup. Lalu pergi menyusul. Sebuah gelas kosong berisi racun, dia tahu apa yang telah terjadi. Dia ambil pisau belati milik Romeo dan menikam ke jantungnya. Kepalanya jatuh ke atas dada Romeo.

Inilah akhir kisah tentang kesetiaan pasangan dan tak bahagia.
***

Para Capulet dan Montagu mengetahui segalanya dari Biarawan Laurence. Meraka sungguh sedih. Menengok kejahatan yang dibuat sejauh ini, mereka sangat menyesali. Pada akhirnya, mereka berjabat tangan. Memaafkan dan membuka persahabatan baru.




No comments:

Post a Comment