Friday 4 November 2016

Cerita Rara dan Cerita Lainnya: #2

Musik Tekno

Duduk-duduk nongkrong di koridor kelas adalah tempat favorit kedua setelah Nando mengisi perut di kantin.
Asyik benar dia.
Nando mengamati Zank sedang mendengarkan sesuatu di earphone lalu Nando menghampirinya. Mencondongkan kepala ke layar hape Zank.
Di situ terpampang menu playlist. Nando merasa asing terhadap nama lagu-lagu tersebut. Namun ada beberapa lagu yang meng-cover lagu orang lain.
Zank menoleh dan memindahkan sebelah speaker ke telinga Nando. Otomatis Nando menggerak-gerakkan kepala ikuti irama lagu.
Pas banget nih!
Lagu-lagu di playlist hapenya, i... tu.. itu melulu.
Tahu-tahu... aplikasi DJ.
Saat ditanya Nando, “Apaan itu?”
Setelah dijelasin oleh Zank, Nando mengerti dan menarik diri Nando untuk belajar nge-DJ.
Apa tidak, saat ini dia lagi jenuh-jenuh pada koleksi lagu. Dia pengin lagu yang lain, begitu dengar musik tadi membuat dia penasaran dan langsung berujar, “Ajarin dong!”
Seru banget tuh!
Nando baru tahu kalau itu disebut aliran musik tekno. Itu musik yang biasa digunakan untuk dugem.
Karena teman-teman Nando sering dengarin musik-musik tekno, alasannya begini, kalau di sekolah, bawaannya kadang stress tuh. Pas jam istirahat putar musik lewat hape. Jadi langsung ceria dan bersemangat.
Sejak saat itulah Nando mulai suka dan kebawa virus itu. Entah mengapa Nando senang sama musik tekno. Lewat musik itu Nando justru merasa nyaman meski beat musik tekno mengentak-ngentak. Ada keunikan yang dia tak temuin di aliran lain.
Tak puas di situ, Nando mencoba belajar pakai aplikasi dan taruh di laptop.
Berjam-jam di depan laptop untuk mempelajari tutorial nge-DJ di Youtube. Sadar dengan aplikasi dan tutorial tak cukup membuat dirinya tambah cepat mahir. Dia ingin segera menguasai DJ dengan alat sesungguhnya.

Suatu saat, seakan didengar Tuhan. Doa Nando terkabul. Saat itu kakak Pembina ekskul membawa CDJ (alat nge-DJ digital). Ini dia yang diincar Nando. Kakak itu bernama, Cheryl.
Keren, kan!
Tanpa pikir panjang Nando langsung hampiri si kakak itu lalu minta diajarin nge-DJ.
Tak heranlah kenapa Nando cepat menguasai alat itu. Sebab dia sudah belajar gitar, piano sejak lama. Jadi memudahkan dia untuk belajar nge-DJ.
Disitulah Nando bersama teman-teman diajarin mulai dari basic. Gimana cara membesarkan volume, utak atik nada dan mengganti CD.
“Oh, namanya DJ controller.” Itu yang seorang DJ sering memainkan alat sambil goyang-goyangkan badan.
“Yang paling sulit ini nih,” tunjuk Kak Cheryl ke sebuah alat yang memiliki banyak tombol, “mixer.”
“Gunanya?” sahut Nando dengan suara berat.
“Dia akan mengatur frekuensi suara yang keluar sewaktu kamu main.”
Nando melihat headphone bergelantung di leher Kak Cheryl. Hingga mengundang tanya, “Trus mengapa sih DJ selalu pakai speaker di telinga. Harus dipakai, Kak?”
“Itu.. supaya kamu tau suara racikan yang didengar sama dengan pendengar. Atau kamu bisa lihat di monitor.”
Cheryl menambahkan lagi, “Trus ini.. kamu bisa merekam musik yang telah kamu buat. Lain bisa kamu modifikasi ulang.”
Makin manis Kak Cheryl terangkan. Dia tambah semangat, sebab ada seseorang yang begitu antusias melahap transfer ilmu dari Cheryl.
“Berdiri di belakang CDJ keren banget,” gumam Nando.
Disambut senyum dan mata sipit Cheryl.
Nando kesampaian juga mendekati kakak yang bermain di belakang DJ. Namanya telah Nando simpan rapat di hati, Cheryl, dipanggil sehari-hari, Cher. Dia tinggi semampai, berisi. Yang jelas lebih tua dari Nando dari segi umur.
Mudah dan cepat belajar main DJ dengan Cher. Kalau ada waktu Cher mengajak Nando singgah ke rumah temannya yang ada alat DJ. Seluk beluk alat itu Cher mengajarkan pelan-pelan kepada Nando.
DJ itu keren. Nge-DJ bukan membuat musik tapi memodifikasi lagu-lagu yang sudah jadi dengan kemampuan mixing, steratching. Sehingga lagu tersebut tampil beda dengan nuansa yang baru.
Kalau di rumah tak ada orang nih. Mulailah Nando beraksi di dalam kamar. Mengoyang-goyangkan tangannya tanpa alat tersebut.
Maksudnya Nando sih itu latihan supaya tangan lebih lentur untuk mengutak-atik si piring hitam.
Sayang, kegiatan baru atau mainan baru Nando tidak disetujui untuk mendalami ilmu DJ oleh ortunya especially Papi-nya. Kalau Mami sih, iya dan tidak. Meski sempat didahului pertimbangan.
Kata Mami, “Do, Mami takut kamu terjerumus dunia malam. Kalau kamu sering manggung pasti ke kelab-kelab pulang sampai larut malam.”
Nando sadar apa yang dimaksud Mama-nya. Namun Nando bersikeras, “Ma, Nando akan jaga diri dan gak akan sampai tubuh Nando ikutin yang jelek-jelek.”

***

“Do, mana?”
Nando menjawab lewat hape. “Tunggu.”
“Sampai kapan, Do, kami tunggu kau?”
“Ada Papi-ku.”
“Cepat! Nyelinap kek.”
“Tunggu momen pas,” desis Nando.
“Kalau nunggu gak bakalan keluar. Cepatan. Kami tunggu kau lama. Cari akal gimana kek kau bisa keluar,” Nando membatin.
Nando grasa-grusu dalam kamar. Turun naik tangga entah berapa kali. Dia tak hitung. Yang dihitungnya angka di jam dinding kamar, dia sudah molor setengah jam.
Dia janji ber-hang out bareng teman. Dibilang apa nanti sama temannya. Jam karet. Inggar janji. Si omdo. Apapun itu. Dia tak mau dialamatkan ke dirinya.
“Tumben Papi pulang malam minggu ini. Aku gak cari Papi sekarang dia ada. Kalau aku ada perlu banget susah betul cari beliau. Telepon gak diangkat. Di miss call gak ditelepon balik,” Nando mengeluh di saat-saat genting begini.

Nenek datang dan menjewer telinga Nando. Di tengah kesenangannya berbaur dengan teman.
“Nek, boleh tidak Nenek gak ke sini?”
“Kau gak ke sini Nenek gak datang jemput kau, Ndo!”
Nando menahan malu dua kali. Sudah dijemput orang main jewer-jewer lagi di depan teman-teman. Pasti begitu keluar dari kelab, di belakang Nando mereka pada ketawain dia.
“Kamu janji gak ulangi lagi! Nenek gak bisa bantu.”
Nando mengangguk.
Di pintu utama.
Papi Nando meminjak kaki. Sepertinya dia sedang ngobrol dengan seseorang.
“Darimana kamu?” ujar Papi seketika memutus obrolan di hape.
“Temani Ne...”
Papi menggeleng. “Gak, gak, bukan alasan sebenarnya...”
Tooing!
Yah, yah, Papi Nando tak bisa dikibuli. Papi-nya tahu kok kalau Nando berbohong. Gimana tidak? Dia disuruh temani Nenek ke acara undangan tak mau. Alasannya tak biasa jalan sendirian sama Nenek.
“Pa, itu sepuluh atau dua puluh lalu. Jangan anggap negatif dong. Sekarang banyak kok musik itu.”
“Yah memang banyak nge-drug. Tapi Nando gak ikut kok. Motif Nando cuman belajar nge-DJ, hibur orang. Tadi itu aku diundang main DJ di sana. Nunjukin skill-ku, Pa.”
“Kamu bisa jamin?”
“Nando janji! Kalau Nando gak akan sentuh barang itu.” Belum ada tanggapan dari Papi, Nando bertanya, “Gimana, Pa?”
Papi Nando mengangguk pelan.
Nando terrsenyum pada Nenek yang mengelus lengan Nando.
Bagi Nando kenapa dia menyukai musik tekno? Karena musik tekno itu bisa berbaur dengan genre musik lain apakah itu pop, dangdut. Lalu dia mengkomposisikan musik tersebut menjadi musik yang baru, yang belum pernah didengarin oleh orang. Betapa senang Nando bisa ciptain musik yang berbeda. Meski sebagian dia masih meng-cover lagu orang.
“Musik tekno selalu bisa kamu nikmati dimanapun kamu hidup, di lintas zaman, tradisimu, dan dimana kamu berada sekarang...”
“... atau di tengah macetnya jalanan hingga menghalau rasa kantuk.”





No comments:

Post a Comment