May
sedang duduk di depan rumah, banyak orang berlalu lalang di jalan, taxi,
kendaraan pribadi, dan motor. Semut-semut kecil. Seketika itu pula sebuah
kendaraan taxi bandara berhenti di depan mata May. Dia melihat seorang lelaki
muda yang memandang ke arah May. Mereka saling bertemu mata. May menatap sosok
lelaki itu beberapa saat, demikian pula lelaki itu. Dan ia tersenyum tipis. May
hanya terpaku dan sedikit bingung apakah orang itu tersenyum padanya.
Samar-samar
May mengamati dia tersenyum. Dia tampak ganteng apabila tersenyum.
Hmm.. May baru teringat dia adalah Nake.
Lelaki itu langsung turun dari taxi dan membuka pintu belakang untuk mengambil beberapa beg besar. Sepertinya dia datang dari kota tempat ia kuliah. Baru kali ini May melihat dia setelah sekian lama mungkin sudah puluhan tahun.
Nake begitu gagah sekali. Tulang pelipisnya menonjol. Dia putih. Di bawah hidung tumbuh rambut-rambut hitam.
Dulu semasa mereka kecil May tak melihat jelas tetangganya itu. Mungkin jarang bertemu meski bertetanggaan. Mungkin karena mereka terpaut jauh umur mereka. Jadi tak bisa bermain bersama-sama.
“Aku tak tahu mukanya dulu semasa kecil bagaimana. Sungguh menyenang sekali ada tetangga ganteng seperti dia yang selalu berada di sampingku. Setiap hari bisa lihat dia walaupun dari jauh. Diam-diam kumemandang.”
Dari saat itulah, setiap kali mau keluar rumah May selalu tolah-toleh ke sebelah sekadar meneropong apakah Nake ada di luar.
“Keinginanku terkabulkan saat aku keluar saat itu juga Nake ada.”
Yang kedua kalinya, mereka beradu mata di waktu yang pas.
No comments:
Post a Comment